Running on Air © eleventy7 chapt 17

Running on Air © eleventy7
Harry Potter © JK Rowling
Alih bahasa oleh neko chuudoku
.
EPILOG
.
Harry hapal perjalanannya lewat hati. Seperti menarik napas, seperti mengucapkan nama diri sendiri, seperti melangkah ke dalam malam dan menengadah untuk menatap bintang-bintang.
Seperti perjalanan pertama, atau yang paling terakhir, atau setiap salah satunya. Semua kebiasaan kecil, melangkah ke dalam hatinya bagai teman lama. Lampu-lampu perkotaan berlalu lalang di tiap sisinya, sebuah aliran sinar buram tak berujung. Tapi dia tak perlu melihat. Dia hapal jalannya, dia akan selalu tahu jalan pulang.
Lampu-lampu makin berkurang ke pinggiran kota, embun malam mengumpul di atas bangku-bangku taman dan ayunan. Bila dia menengadah, langitnya terlihat seakan meledak. Semua bintang-bintang itu, bertebaran pada langit sewarna tinta. Bulan bergantung rendah, perak dan bulat seperti koin. Dia bisa membayangkan bintang-bintang, bulan, atau apa saja dan segala hal yang senang dia bayangkan. Dia tak perlu fokus. Dia bahkan tak perlu mengingat ke tikungan mana setelah ini, ke jalan mana. Peta ini tertulis di kulitnya, dalam ribuan bintik-bintik kecil, bekas luka, dan konstelasi berbeda. Dia tak perlu mengingat satu hal pun.
Dia berbelok di tikungan. Sinar lampu makin berkurang sekarang. Belok di tikungan lagi. Sekarang tak ada apa pun selain kegelapan dan bintang-bintang. Padang-padang, tepat di sana, dan itu membawa kembali kenangan musim panas, semua waktu yang dia habiskan dengan mengemudi dan terus mengemudi, dan bunga-bunga canola amat cerah melawan langit sewarna api.
Dia belok lagi di tikungan lain. Memori cerah musim panas memudar, tapi tak apa. Dia akan pulang sekarang. Tepat di depan. Tak ada lagi tikungan, hanya rentangan jalan panjang yang terus bergulir.
Batu-batu kerikil jalan berderak di bawah ban mobil. Itu mengingatkan Harry pada salju, putih bersih dan berderak di bawah kakinya. Dia selalu suka musim dingin. Dan musim panas. Pilih salah satu, kawan-kawannya akan berkata, tapi Harry pikir menyukai dua hal sekaligus itu tak apa-apa.
Suara debum pintu mobil bergema satu kali. Dia melangkah ke depan, melintasi jalan kecil berkelok-kelok. Melewati rumpun bunga-bunga liar; melewati tanaman melati, berkilau di bawah bulan. Menuju pintu depan, dicat hijau tua, warna yang sama dengan ivy yang merayap di dinding batu.
Dia membuka pintu. Sinar lampu menembus ke luar, kilaunya lembut. Harry melangkah ke dalam, menutup pintu di belakangnya. Di seberang ruangan, api berkelip dalam perapian. Draco, meringkuk di sofa berlengan ditemani sebuah buku, mendongak.
"Kau pulang," ujarnya.
Harry melintasi ruangan, membungkuk dan menciumnya.
"Ya," ujarnya. "Aku pulang."
xxx
Kemudian, di tengah gelapnya malam, Harry memimpikan jalan raya panjang dan padang-padang gelap, jalan tak berujung yang mengarah pada padang canola sewarna senja, warna dedaunan musim gugur, warna sore malas musim panas. Dia menatap langit cerah tanpa awan, lalu melangkah ke depan.
Ketika dia bergerak dalam tidurnya, Draco mendekapnya lebih erat.
.

Comments

Popular posts from this blog

Galaksi

thats my brain said to my heart