Skip to main content

Running On Air © Eleventy7 chapt 1

Beberapa waktu ini aku kembali pada hobbyku di masa lalu. Yupz seorang reader sejati, dan mungkin sebuah keberuntungan untuk menemukan 1 fanfic lama diantara beribu fanfic lainnya. Dan sejujur jujurnya ini adalah fanfiksi terbaik yang pernah aku baca. Sungguh Eleventy7 adalah seorang author jenius yang menghasilkan tulisan seperti ini. Terima kasih juga pada Neko chudooku yang dengan kesabarannya menerbitkan translatenya. Tidak ada maksud lain memuat fanfic ini disini. Hanya sekedar sebuah apresiasi sebesar besarnya pada sebuah hal favorit. 

Judul Asli : Running On Air
Author : eleventy7
Pasangan : Draco Malfoy/Harry Potter
Disclaimer : Harry Potter © JK Rowling
Alih bahasa : neko chuudoku
Catatan lain : Eventual Drarry, present Harry/Ginny, past Draco/Astoria, slight Ron/Hermione, mengabaikan epilog DH.
Summary :
Draco Malfoy telah hilang selama tiga tahun. Harry ditugasi kasus dingin tersebut dan mendapati dirinya jatuh cinta pada memori-memori yang dia kumpulkan.
.

RUNNING ON AIR © Eleventy7
Chapter 1
Ahli bahasa : Neko chudooku
.
Warna tulang belulangnya hampir serupa rumput hangus terbakar matahari yang mencuat di antara tulang belakang. Tulang rusuknya bengkok bagai batang gandum, bungkuk permanen pada angin tak terlihat; buku-buku jarinya bagai kerikil yang dikelantang matahari.
"Lima atau enam tahun."
Si lelaki menyatakan tanpa menaikkan pandangannya dari kerangka. Harry bergerak gelisah di bawah tingginya matahari. Terlalu panas, pikirnya, terutama di penghujung musim panas ini. Jubahnya menggelayuti, berat dan basah oleh keringat, tak tergerak oleh angin sepoi-sepoi. Lelaki yang satunya — kecil dan berkacamata, dengan janggut terpotong rapi — tidak menunjukkan indikasi terganggu oleh udara panas. Dia mengenakan jubah Divisi Forensik berwarna gading dan entah bagaimana, warna pucatnya memberikan ilusi kesejukan dan keteduhan.
Suara jepretan kamera menggema melintasi lapangan. Baik Harry maupun lelaki yang satunya menoleh. Si Fotografer —penyihir wanita bertubuh tinggi dengan bahu lebar dan hidung aristokrat — menatap mereka.
"Aku ada kerjaan lain jam 3, Butterworth," ujarnya. Si lelaki — Butterworth — menatapnya jengkel.
"Aku akan melakukan mantranya, lalu kita bisa pergi dari sini," katanya singkat. Si wanita menunggu, tangannya melayang tak sabar di atas tombol pelepas rana.
Butterworth melangsungkan mantranya. Angka-angka mengambang di atas kerangka, bagai terjebak dalam gelombang panas berkilap. "Lima tahun," ujarnya, nadanya menyiratkan kepuasan. Dia senang karena tebakannya betul.
Harry bergeser dari satu kaki ke kaki lain. Rambut di tengkuknya keriting karena lembab ketika bulir-bulir keringat melewati kulitnya.
"Bulan?" tanya Harry, berharap dia sudah bisa pergi, kembali ke koridor Kementrian yang sejuk. Butterworth menjentikkan tongkat sihirnya.
"Antara Januari sampai April."
Harry mendesah. Butterworth mengomel.
"Semakin lama mereka sudah mati, keakuratan mantra makin berkurang. Aku tak bisa memberimu informasi yang lebih bagus dari itu."
Tetap saja… ini cukup sesuai dengan kasus Harry saat ini.
"Bisa jadi Fenwick," kata Harry. "Dia hilang pada bulan Maret 2001. Sapu terbangnya ditemukan tidak jauh dari sini. Mungkin saja cocok." Tapi dia tidak menaikkan harapan; terlalu banyak kegagalan mengajarkannya untuk berhati-hati.
"Kita akan ambil sampel dan membawanya ke departemen," kata Butterworth. "Kami akan mengabarimu dalam seminggu."
"Cepat sekali." Harry kaget. Tidak biasanya kasus dingin mendapatkan prioritas.
Butterworth menggedik. "Bulan ini tidak banyak kerjaan. Kau boleh pergi kalau mau. Aku akan mengumpulkan sampel dan Glassbrook akan menyelesaikan pemotretan lokasi kejadian. Seluruh sisa tim akan segera datang."
"Terima kasih."
Harry ber-Dissaparate diiringi bunyi pop.
xxx
Ketika Harry masih baru sebagai Auror, usia dua puluh dan mata berkilat antusias, tangan tergenggam erat di tongkat sihir dan otak sejernih cahaya matahari, dia pikir dia tahu apa tepatnya perkerjaan dia. Menyelamatkan nyawa dan menyelamatkan orang-orang lewat aksi nyata: langkah kaki berpacu di sepanjang gang-gang dan berbagai kutukan melesat bagai kelinci ketakutan, menggasak kulit memar dan kilatan kontra-kutukan.
Dia ahli dalam hal itu. Sangat ahli di lapangan. Tapi, seperti yang sudah dikatakan pengawasnya dengan hati-hati, dia tidak ahli di sisi investigasi.
"Itulah gunanya penyidik," Harry mendebat, dan pengawasnya lalu berkata bahwa Kepala Auror — contohnya — perlu memiliki otak yang terasah oleh liku-liku cerdas setiap kasus. Kepiawaian adalah apa yang dibutuhkan seorang Kepala Auror, mereka setuju. Bukan hanya kekuatan fisik dan keterampilan sihir.
"Aku bukan Kepala Auror," Harry mengingatkan.
"Belum," mereka bakal berkata.
Dan dengan satu kata tersebut, Harry ditugaskan untuk bekerja di Divisi Investigasi selama delapan bulan. Dia tidak begitu senang soal ini dan banyak bergumam soal 'rindu kerjaan lapangan'. Pengawasnya sudah menenangkan, mengatakan bahwa Harry sudah melampaui Auror manapun dalam hal praktek sihir dan tidak perlu khawatir kemampuannya bakal berkarat.
Pengawas Harry yang baru — Kepala Divisi Investigasi, Clara Holdsworth — tidak sediplomatis itu.
"Auror macam kau," ujarnya ketika mereka pertama bertemu, "menganggap kerja seperti pertandingan Quidditch. Seolah kau seeker dan orang-orang hanyalah snitch."
"Apa salahnya dengan itu?" jawab Harry, merasa agak tersinggung, dan mulut Holdworth menipis. Dia menugasi Harry kasus dingin sebagai proyek pertamanya — file kuno tahun 1949 — dan Harry menganggap itu sebagai hinaan. Bukan sesuatu yang baru dan menarik, hanya file tua tentang orang yang sudah lama hilang. Dia bekerja setengah-hati sebelum menyimpannya ke dasar laci meja. Sebetulnya kasus Fenwick sudah berumur satu dekade; Harry menganggapnya sebagai peningkatan yang lumayan.
Tapi sekarang, enam bulan setelah penugasan, Harry masih belum mengerti pelajaran apa yang seharusnya ia pelajari.
xxx
Sebuah file dijatuhkan ke atas meja Harry.
"Selamat sudah menutup kasus Fenwick," ujar Holdsworth. Dia tidak tersenyum. Hanya kehangatan samar dalam suaranya yang mengindikasikan pujian. "Ini tugasmu yang terbaru."
"Terima kasih."
Dia pergi. Harry menghargai sikap Holdsworth yang tanpa basa-basi; dia bicara saat ada yang perlu dia bicarakan, dan pergi ketika tidak.
Warna biru pucat folder menandakan kasus dingin, tapi itu bisa berarti kasus dua tahun lalu hingga file keramat tahun 1920. Harry melewati daftar isi dan langsung ke halaman pertama, dimana para penyidik pertama dalam kasus tersebut meringkas fakta-fakta.
Nomor kasus : L10-332-5

Tanggal pelaporan : 10 September 2003

Klasifikasi Kasus : Hilang
Nama : MALFOY, Draco
Nama lain : Tidak ada.

Harry berhenti di sana. Dia menaruh file dan berdiri, bertanya-tanya pada siapa dia harus pergi. Pada Ron, memperlihatkan file-nya? Pada Hermione, minta pendapatnya? Dia menggeleng. Ini bukan berita baru bagi mereka. Lucius Malfoy menghilang di musim panas tahun 2002 dan Draco Malfoy, seperti biasa, meniru ayahnya dan menghilang satu tahun kemudian. Harry yang ketika itu tengah sibuk latihan Auror dan hidupnya yang baru — tunangan dengan Ginny, merayakan pernikahan Ron dan Hermione, menghindari para reporter saat dia ber-Dissapparate untuk kumpul-kumpul dengan Neville, Luna, dan yang lainnya — menanggapi berita itu sambil lalu. Paling-paling Malfoy pergi ke villa musim panas di Italia atau Prancis bersama ayahnya yang harusnya hilang, pikir Harry jahat.
Yah, setidaknya karma mengenai salah satu Malfoy: Lucius, tidak seperti Draco, masih menunggu putusan persidangan ketika dia menghilang dan surat perintah pun dikeluarkan untuk penangkapannya. Para Auror menangkapnya di musim dingin tahun 2003. Kolega-kolega Harry bagai mengapung di atas awan euforia setelah berhasil melacak Lucius Malfoy yang sukar ditangkap, tapi kejayaan itu terbukti pahit dan singkat — Lucius mati pada saat penyergapan akibat kutukan yang memantul.
Harry menggeleng, membawa pikirannya kembali ke masa kini, dan menatap file tersebut, memaksakan dirinya untuk membaca file itu dengan kalem. Jangan pilih kasih, dia mengingatkan dirinya sendiri. Bersikaplah profesional.
Di dalamnya terdaftar rincian-rincian seperti biasa. Kebangsaan, jenis kelamin, tinggi badan, berat badan, karakteristik fisik, pakaian saat terakhir kali terlihat. Tak ada satupun hal yang tak biasa. Pada seksi 'ciri-ciri khusus' dicatat Tanda Kegelapan di lengan kiri, tentu saja, dan 'bekas luka kecil berbentuk bulan sabit di punggung bawah'. Berat badan Malfoy agak terlalu ringan, pikir Harry, sambil merengut pada seksi tinggi badan/berat badan.
Secara keseluruhan, catatannya singkat. Harry membuka halaman.
Rincian Kehilangan, judulnya menegaskan, lalu di bawahnya tertulis: Terakhir kali terlihat di Emporium Burung Hantu Eeylops, Diagon Alley (pukul 4 sore, 09 September 2003).
Catatan yang amat singkat, pikir Harry kritis.
Yah, setiap kasus harus dimulai di suatu tempat. Harry membuka halaman lagi, melewatkan seksi bukti. Si penyidik mengambil memori dari Herbert Higgs, pemilik Emporium Burung Hantu Eeylops.
Kalau begitu, saatnya berkunjung ke brankas barang bukti, lalu menggunakan pensieve.
xxx
Berbagai burung hantu berseru pelan; bulu-bulunya bergemerisik, kayu-kayu yang panas oleh matahari berderak. Terdapat bau binatang di udara. Bau serbuk gergaji dari kandang tikus. Toko itu gelap dan tertutup, langit-langitnya dihiasi burung-burung hantu dan kotak-kotak perlengkapan hewan peliharaan berjejer di dinding.
Harry memandang ke sekeliling memori, tapi dia tak melihat Malfoy di manapun. Si penjaga toko — pria gemuk berjubah merah, rambut abu-abu agak botak — sedang menyerahkan bungkusan pada gadis muda.
"Dua tetes sehari, dan burung hantumu akan sehat di akhir minggu," kata si pria ramah. Si gadis mengangguk dan memberinya segenggam knut, kemudian berbalik dan pergi.
Tidak lama kemudian pintu terbuka lagi, membuat bel perak berdenting. Draco Malfoy melangkah masuk.
Harry mengerutkan kening, pelan-pelan memindai Malfoy untuk mencari petunjuk atas kehilangannya. Ini kan terakhir kalinya seseorang melihat dia. Dan ini pertama kalinya Harry melihat Malfoy sejak Pertempuran Hogwarts. Setidaknya deskripsi dalam file memang betul, tapi Harry kira mereka mengambil semua rincian itu dari dalam memori ini. Sinar redup matahari menyusupi jendela sempit, memantul pada lencana kecil di jubah hitam Malfoy. Setelah Harry amati lebih dekat, lencana itu berbentuk snitch perak, ukurannya tak lebih besar dari kuku jari tengah Harry.
"Ada yang bisa saya bantu?" tanya si penjaga toko kaku. Malfoy mengerling padanya.
"Aku memerlukan burung hantu. Ketepatan lebih diutamakan daripada kecepatan."
Malfoy tampak butuh banyak makan, tapi Harry sudah menduga kekurusannya dari informasi dalam file. Dia tampak sedikit lelah, pikir Harry, sambil mengamati kantung samar di bawah mata Malfoy. Dia tampak seperti Harry setelah melalui hari yang panjang di kantor. Dia bicara dengan nada sopan yang hambar, tanpa nada arogannya yang biasa. Tapi Harry tak bisa mendeteksi hal aneh lainnya dari Malfoy. Harry melihat si penjaga toko memberikan rekomendasi lalu Malfoy memilih burung hantu yang kelihatan sangat biasa saja.
"Aku masih ada urusan lain," ujar Malfoy, sembari menyerahkan segenggam galleon. Si penjaga toko mengangguk.
"Anda bisa membawanya nanti, atau berikan alamat Anda dan burung hantunya bisa terbang kesana." Si penjaga toko memberikan sepotong kertas dan pena bulu pada Malfoy. Pada saat itu, datang pelanggan lain dan si pria pergi, meninggalkan Malfoy untuk menulis alamatnya dan mengikatkannya pada kaki si burung hantu. Beberapa saat kemudian, Malfoy membuka pintu, membiarkan si burung hantu terbang keluar, lalu melangkah ke jalan raya. Hanya dalam waktu sedetik, dia menghilang. Harry menghampiri jendela tapi karena ini adalah memori si penjaga toko, jalan raya tak lebih dari bayangan blur. Memorinya terus terfokus pada pelanggan baru.
Yah, sungguh tak berguna. Harry keluar dari dalam memori sambil mendesah.
Dilihat dari sudut manapun, Harry harus mengakui bahwa asumsinya salah. Draco Malfoy sudah pasti tidak 'menghilang' ke rumah mewah entah dimana. Semua tanda-tanda mengarah pada skenario yang paling memungkinkan: Malfoy dibawa secara paksa. Dia berpakaian cocok untuk cuaca di musim gugur tapi tak membawa barang bawaan. Dia bilang ada urusan lain dan tidak ingin membawa burung hantu sambil melakukannya.
Malfoy belok ke kiri ketika dia meninggalkan toko, Harry ingat. Hanya ada beberapa toko di sebelah kiri emporium burung hantu, kemudian jalannya mengarah ke Leaky Cauldron. Menurut catatan, tak ada penjaga toko lain yang melihat Malfoy, dan dia juga tidak melewati Leaky Cauldron. Cukup beralasan untuk berasumsi bahwa Malfoy menghilang di jarak pendek antara Eeylops dan Leaky Cauldron.
Harry masuk ke dalam memori lagi. Kali ini — sudah mengenal garis besar kejadian secara menyeluruh — dia fokus pada detail-detail kecil. Rasanya aneh, tapi dia berjalan mendekati Malfoy, mata menyipit, mengecek apa saja yang tak biasa. Malfoy mengenakan kemeja putih berkancing di bawah jubah dan celana abu-abu rapi. Apakah dia bermaksud pergi ke suatu tempat yang memerlukan pakaian formal? Jubahnya kualitas bagus namun sederhana; jubah yang biasa dipakai penyihir kaya ketika mengerjakan urusan bisnis.
Malfoy belok dan melangkah lebih dekat pada burung-burung hantu, hampir melangkah menembus Harry; sontak Harry langsung minggir.
"Aku takut aku tak suka burung hantu elang," ujar Malfoy pada si penjaga toko.
"Yah, jika Anda tidak tertarik pada jenis burung hantu elang, boleh saya rekomendasikan beberapa jenis lainnya?"
Malfoy pernah punya burung hantu elang saat masih di Hogwarts, Harry ingat itu. Aneh sekali dia bilang dia tidak suka.
Malfoy belok lagi, cahaya matahari berkedip-kedip dari lencana perak kecil. Harry mengamatinya sejenak. Menurutnya lencana itu tak biasa, karena Harry menduga Malfoy suka pakai lencana besar dan berukir — sesuatu yang mahal dan bergengsi. Misalnya lencana ular emas besar dengan batu permata di matanya. Bukannya snitch perak kecil.
Mungkin Harry tertarik karena itu lebih seperti tipe lencana yang suka dia pakai, sesuatu yang dia pilih.
Faktanya, hanya ada sedikit hiasan pada pakaian Malfoy. Bajunya bagus, pikir Harry, tapi tidak begitu spesial. Tak ada jahitan ataupun pola rumit, dan jubahnya biasa saja. Mantelnya juga tanpa hiasan, hanya mantel bepergian simpel dengan tudung kepala. Tongkat sihir Malfoy pastilah disimpan di saku dalam, karena Harry tak melihatnya sama sekali.
"Yang ini, sir?" tanya si penjaga toko pada Malfoy. Harry mengerling dan melihat Malfoy mengangguk pada burung hantu yang tampak biasa.
Alamat Malfoy. Apa burung hantu ini sampai kesana? Mungkin burungnya sudah kabur, jika Malfoy tidak membiarkannya masuk. Harusnya burung itu kembali ke toko. Harry mengintip dari balik bahu Malfoy ketika dia menulis alamat, tapi sekali lagi memori membatasinya. Ketika Harry menatap perkamen, yang dia lihat hanyalah bayangan blur lagi.
Seseorang mengetuk bahunya dan memori pun buyar.
xxx
"Apa?" tanya Harry jengkel, sembari mengangkat kepala dari pensieve.
"Oh, jadi ini cara yang baik untuk menyapa sahabat lamamu, ya?" Ron duduk ke kursi di seberang meja Harry.
"Aku sedang berada dalam memori."
Ron meringis. "Tak mau tahu. Kulihat salah satu rekanmu saat masuk kemari, dia sedang mengerjakan kasus hilangnya gadis kecil di Leeds. Benar-benar gadis kecil dia itu, umurnya belum genap lima tahun."
Harry juga tak terlalu suka kasus itu.
"Kalau begitu, apa penyergapan Grimwright dilakukan hari ini?" tanyanya, mengganti topik.
Ron berseri-seri seolah Natal telah tiba, matanya berpendar saat tubuhnya condong ke depan. "Sobat, kau tak akan percaya ini. Kami telah mengawasi tempat itu berbulan-bulan…"
Iya, pikir Harry. Dia juga awalnya bagian dari tim. Dia mendengarkan cerita Ron, sembari bertanya-tanya bagian mana yang dilebih-lebihkan dan mana yang hanya karangan.
Tapi cerita bagus tetaplah cerita bagus.
Seperti yang telah ia pelajari dari divisi investigasi, sebuah kisah bisa ditemukan dari detail paling kecil: jahitan di jubah, senyum di seberang ruangan, ataupun getar tangan. Dia bisa melihat kisah dari lebam yang menari di buku jari Ron, dari tetes darah di kerah bajunya, dari cara lututnya tak bisa diam sambil bercerita.
Hal yang paling mudah soal menjadi Auror, pikir Harry, adalah bahwa jika ia melihat pada sebuah gambar dan tak melihat apa yang dia mau, dia tinggal mengganti gambarnya. Dia bisa memulai penyidikan baru, atau menginterogasi tersangka baru, atau memakai informan lain.
Tapi masalahnya kasus dingin tak bisa mengganti gambar.
Harry hanya harus meneliti lebih keras.
tbc~

Comments

Popular posts from this blog

Galaksi

thats my brain said to my heart