pasar
Pagi hari ini aku menemani ibuku pergi ke
pasar, hari ini termasuk satu hari dari seminggu libur paskah, pasar tujuan
kami memang agak jauh dari rumah, dan bukan pasar biasanya tempat kami
berbelanja, jadi pasar ini masih agak termasuk asing bagiku, awal memasuki
pasar ini pemandangan yang terlihat adalah sudah selayaknya pasar yang
biasanya, penuh dengan keramaian para ibu-ibu yang berbelanja kebutuhan rumah,
ramai para pedagang yang menjual dagangannya, ramai orang-orang yang kesana
kemari.
Memasuki pasar lebih dalam lagi bau
sangat tidak enak menyeruak begitu tajamnya sampai rasanya aku ingin bertanya
pada setiap orang disana, bau apa itu? Tapi
disela-sela detik itu, mataku menangkap suatu pemandangan yang selalu membuatku
tak kuasa bersedih dalam hati, yaitu ekspresi lesu wajah si penjual, yang
seakan pasrah dan penuh dengan kesedihan. Otakku terus berputar bertanya – tanya
apakah itu hanya kesimpulanku saja? Apakah aku yang tidak pandai membaca
ekspresi seseorang? Ataukah waktunya yang terlalu pagi sehingga dia mungkin
mengantuk? Hmm semua hipotesis menyeruak dikepalaku, membuatku terpaku, sedih
dan bingung saja uhhh, belum lagi dengan bau busuk yang menyeruak itu, yang
akhirnya ku ketahui berasal dari kumpulan ayam yang jumlahnya mungkin ratusan
yang sebentar lagi ….. kita tahu mereka akan diapakan hehehe, dan kalau tidak
salah waktu itu aku berpikir tidak mau makan ayam lagi, ah setidaknya untuk
beberapa saat mulai dari hari ini aku tidak akan menyentuh daging ayam
mempertimbangkan berapa banyak zat kimia yang terkandung dalam tubuh mereka yang
gendut gendut itu xDD.
Berjalan keluar dari lorong lorong
kecil pasar yang ramai itu, beberapa pemandangan baru lagi menyita perhatianku,
pertama seorang anak laki-laki kira kira berumur 11 tahun atau sebayanya,
mondar mandir kesana kemari berusaha menjual dagangannya yang berupa 1 tas
kresek lemon, 5000 se tas katanya, sekali lagi hatiku menjadi sangat sedih,
ingin ku memanggil bocah itu dan membeli dagangannya itu tapi sudah terlambat,
dia cepat saja berlalu ditelan banyaknya orang disana, aku menjadi semakin
sedih seharusnya aku membeli dagangannya tadi : ( .
Beranjak pergi dari sana tepat di
jalan keluar perhatianku tersita lagi, belum habis kesedihan tentang bocah
tadi, kali ini aku berjumpa dengan bocah laki-laki yang lebih kecil lagi, kira
kira berusia 5 tahun , suaranya yang kecil melengking begitu tajam, kadang
dengan nada dan kata yang kasar memaksa untuk menarik perhatian setiap orang
lewat agar membeli beberapa ikat batang bawang, terlihat tangan-tangan kecilnya
mengepal dengan kuat akar-akar batang
bawang yang tergantung menjuntai dari tangan mungilnya, bukan dia saja, seorang
temannya anak perempuan yang kira-kira berusia sama dengannya tapi lebih
pendiam dan tidak banyak bicara berbaris rapi disana, terkadang mereka bercengkrama
layaknya orang dewasa yang bergosip tentang jualan mereka, tapi didetik aku
melihatnya, aku merasa tidak sedih tapi semacam rasa kesal timbul saja
dibenakku. Jika bukan orang tuanya yang memberi perintah itu tentu saja dia
tidak akan melakukan hal itu. Aku terpaku dengan tidak nyamannya memikirkan
jaman yang semakin hari semakin berubah ini, anak kecil tak seharusnya
diperlakukan seperti itu, ibuku bahkan menyadari tingkah anehku, dan bertanya
apakah aku akan membeli batang bawang itu? Aku hanya menggeleng kepalaku, jika
aku membeli sudah pasti anak sekecil itu akan terus berjualan, berteriak setiap
hari demi jualannya yang membawa untung buat orang tuanya. Lantas aku berpikir
seharusnya tidak begini, seharusnya Indonesiaku tidak begini, apa yang membuat
semua ini terjadi? Akarnya sudah pasti karna semakin padatnya populasi yang
dipengaruhi oleh kurangnya pendidikan menghasilkan pernikahan usia dini, orang
tua – orang tua baru yang belum dewasa, yang mungkin saja pengangguran atau
tidak memiliki pekerjaan tetap, memiliki anak di usia begitu muda, tak mampu
membiayai sekolahnya, anak itupun menikah di usia yang muda, yang terus saja
menambah kepadatan penduduk dan tentu saja pengangguran dan kurang pendidikan yang
semakin banyak, membuat negara kita seperti ini. Satu hal yang pasti, negara
ini harus mengubah tradisi buruk masyarakatnya yang menganggap pernikahan usia
dini sebagai sesuatu yang wajar, itu tidak baik dilihat dari dampaknya.
Comments
Post a Comment