Active Leraning ^_^
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Kajian
Pustaka
1.
Pengertian Active Learning
Kata active diadopsi dari bahasa inggris
dengan kata sifat yang aktif, gesit, giat, bersemangat1 dan learning berasal
dari kata learn yang berarti mempelajari.2 Dari kedua kata tersebut,
yaitu active dan learning dapat diartikan dengan mempelajari
sesuatu dengan active atau bersemangat dalam hal belajar.Konsep active
learning atau cara belajar siswa aktif, dapat diartikan sebagai anutan
pembelajaran yang mengarah pada pengoptimalisasian pelibatan intelektual dan
emosional siswa dalam proses pembelajaran, diarahkan untuk membelajarkan siswa
bagaimana belajar memperoleh dan memproses perolehan belajarnya tentang
pengetahuan , keterampilan, sikap dan nilai.
Active learning bukanlah
sebuah ilmu dan teori tetapi merupakan salah satu strategi partisipasi peserta
didik sebagai subyek didik secara optimal sebagai peserta didik mampu merubah
dirinya( tingkah laku cara berfikir dan bersikap) secara lebih efektif. Keterlibatan
peserta didik secara active dalam proses pengajaran yang diharapkan
adalah keterlibatan secara mental (intelektual dan emosional) yang dalam
beberapa hal yang di ikuti dengan sebuah keaktifan fisik. Sehingga peserta
didik benar benar berperan serta dan berpartisipasi aktif dalam proses
pengajaran, dengan menempatkan kedudukan peserta didik sebagai subyek, dan
sebagai pihak yang penting dan merupakan inti dalam kegiatan belajar mengajar. Pada
hakekatnya konsep ini adalah untuk mengembangkan keaktifan proses belajar
mengajar baik dilakukan guru atau siswa.
Jadi dalam active
learning tampak jelas adanya guru aktif mengajar disatu pihak dan siswa aktif
belajar dilain pihak. Konsep ini bersumber dari teori kurikulum yang berpusat
pada anak (child centered curriculum). Pada kurikulum berpusat pada
anak, siswa mempunyai peran sangat penting dalam menentukan bahan pelajaran.
Oleh karena itu aktivitas siswa merupakan faktor dominan dalam pengajaran,
sebab siswa itu sendiri mampu membuat perencanaan, menentukan bahan pelajaran
dan corak proses belajar mengajar yang diinginkan. Penerapan active learning
sendiri berdasarkan pada teori gestalt (insightful learning
theory) yang menekankan pentingnya belajar melalui proses untuk memperoleh
pemahaman. Belajar merupakan hasil dari proses interaksi antara diri individu
dengan lingkungan sekitarnya. Belajar tidak hanya semata-mata sebagai sesuatu
upaya dalam merespon suatu stimulus akan tetapi lebih dari itu. Belajar
dilakukan melalui berbagai kegiatan seperti mengalami , mengerjakan, dan
memahami belajar melalui proses (learning by procces) oleh karena itu
hasil belajar akan dapat diperoleh dengan baik bila siswa aktif.
2.
Karakteristik Dalam Active
Learning
Dalam
active learning ada beberapa indikator yang mempengaruhinya secara
optimal antara lain:
1)
Dari Segi Peserta Didik (Murid)
a)
Keinginan dan keberanian dalam menampilkan minat, kebutuhan dan permasalahannya.
b)
Keinginan dan keberanian serta kesempatan untuk partisipasi dalam kegiatan
persiapan, proses dan kelanjutan belajar.
c)
Penampilan berbagai usaha atau kreativitas belajar dalam menjalani dan
menyelesaikan kgiatan belajar mengajar hingga mencapai keberhasilannya.
d)
Kebebasan dan keleluasan melakukan hal tersebut diatas tampat tekanan guru atau
pihak lainnya.
Pengalaman belajar hanya dapat diperoleh jika murid
berpartisipasi secara aktif. Penelitian dibidang pendidikan menunjukan bahwa
sikap pasif adalah merupakan cara yang buruk dalam memperoleh pengalaman
belajar. Bentuk belajar secara aktif meliputi interaksi antara murid dan guru,
murid dengan murid lainnya, sekolah dengan rumah, sekolah dengan masyarakat. Dan
murid dengan segala macam alat pengajaran dengan demikian murid harus didorong
untuk berpartisipasi aktif sehingga mereka dapat belajar melalui pengalaman.
Dalam keterampilan keagamaan hendaknya dipelajari
murid melalui pengalaman aktual beberapa keterampilan keagamaan dapat mereka
pelajari melalui dramatisasi bermain peran atau diskusi, murid-murid hendaknya diberikan
kesempatan untuk memecahkan.6 Berbagai masalah sosial dengan lingkungan dan
perkembangan kejiwaannya sehingga mereka menemukan sendiri dan mempelajari
kekurangan-kekurangan dan bahaya-bahaya dari penarikan kesimpualan yang salah
dari pengalaman demikian itu, melalui bimbingan guru, mereka dapat memperoleh
kesadaran yang tinggi dan melakukan perbaikan dan pembinaan diri dengan
upayanya sendiri tanpa di dorong atau dipaksa.
2)
Dari Segi Pengajar (Guru)
a)
Usah mendorong, membina gairah belajar dan berpartisipasi peserta didik secara
aktif.
b)
Peranan guru tidak mendominasi kegiatan proses belajar peserta didik.
c)
Memberi kesempatan peserta didik untuk belajar menurut cara dan keadaan
masing-masing menggunakan beberapa jenis metode mengajar dan pendekatan
multimedia.
3)
Dari Segi Program Pengajaran
a)
Tujuan pengajaran dan konsep maupun isi pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan,
minat, dan kemampuan subyek didik.
b)
Program cukup jelas, dapat dimengerti dan menantang peserta didik untuk
melakukan kegiatan belajar.
c)
Bahan pelajaran mengandug fakta atau informasi, konsep, prinsip dan
keterampilan.
4)
Dari Segi Situasi Mengajar
a)
Iklim hubungan erat guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta
didik, guru dengan guru dan antara unsur pimpinan sekolah.
b)
Gairah dan kegembiraan belajar peserta didik sehingga mereka memilki motivasi
kuat dan keleluasan mengembangkan cara belajar
masing-masing.
5)
Dari Segi Situasi Mengajar
a)
Ada sumber belajar bagi peserta didik.
b)
Fleksibilitas waktu untuk kegiatan belajar .
c)
Dukungan berbagai jenis media pengajaran.
d)
Kegiatan belajar peserta didik terbatas dalam kelas (ruang kelas) tetapi
juga
diluar kelas.
Kegiatan pengajaran dalam konteks active learning
tentu selalu melibatkan peserta didik secara active untuk
mengembangkan kemampuan dan penalaran seperti memahami, mengamati,
menginterprestasikan konsep, merancang penelitian, melaksanakan penelitian,
mengkomunikasikan hasilnya dan seterusnya, dengan mengikuti prosedur atau
langkah-langkah yang teratur dan urut.
Adapun karakteristik dari active learning menurut
Prof. Dr. T. Reka Joni mengatakan antara lain: (1) Pembelajaran yang dilakukan
lebih berpusat pada siswa, sehingga siswa berperan lebih aktif alam
mengembangkan caracara belajar mandiri, siswa berperan serta pada perencanaan,
pelaksanaan dan penilaian proses belajar, pengalaman siswa lebih di utamakan
dalam memutuskan titik tolak kegiatan. (2) Guru adalah pembimbing dalam terjadinya
pengalaman belajar, guru bukan satunya sumber informasi, guru merupakan salah
satu sumber belajar yang harus memberikan peluang bagi siswa agar dapat
meperoleh pengetahuan atau keterampilan melalui usaha sendiri, dapat
mengembangkan motivasi dari dalam dirinya, dan dapat mengembangkan pengalaman
untuk membuat suatu karya. (3) Tujuan kegiatan tidak hanya untuk sekedar
mengajar standar akademis, selain pencapaian standar akademis, kegiatan di
tekankan mengembangkan kemampuan siswa secara utuh dan seimbang. (4)
Pengelolahan kegiatan pembelajaran lebih menekankan pada kreatiftas siswa, dan
memperhatikan kemajuan siswa untuk menguasai konsep-konsep dengan mantap. (5) Penilaian
dilaksanakan untuk mengamati dan mengatur kegiatan dan kemajuan siswa serta
mengukur berbagai keterampilan yang tidak dikembangkan misalnya keterampilan
berbahasa, keterampilan sosial, keterampilan lainnya serta mengukur hasil
belajar siswa
3.
Strategi Pembelajaran Aktif (Active
Learning Strategy)
Pembelajaran aktif (active learning) dimaksudkan
untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga
semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan
karakteristik pribadi yang mereka miliki. Di samping itu pembelajaran aktif
(active learning) juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa/anak didik
agar tetap tertuju pada proses pembelajaran.
Beberapa penelitian membuktikan bahwa perhatian anak
didik berkurang bersamaan dengan berlalunya waktu. Penelitian Pollio (1984)
menunjukkan bahwa siswa dalam ruang kelas hanya memperhatikan pelajaran sekitar
40% dari waktu pembelajaran yang tersedia. Sementara penelitian McKeachie
(1986) menyebutkan bahwa dalam sepuluh menit pertama perthatian siswa dapat
mencapai 70%, dan berkurang sampai menjadi 20% pada waktu 20 menit terakhir. Kondisi
tersebut di atas merupakan kondisi umum yang sering terjadi di lingkungan
sekolah. Hal ini menyebabkan seringnya terjadi kegagalan dalam dunia pendidikan
kita, terutama disebabkan anak didik di ruang kelas lebih banyak menggunakan
indera pendengarannya dibandingkan visual, sehingga apa yang dipelajari di
kelas tersebut cenderung untuk dilupakan. Sebagaimana yang diungkapkan
Konfucius:
Apa
yang saya dengar, saya lupa
Apa
yang saya lihat, saya ingat
Apa
yang saya lakukan, saya paham
Ketiga pernyataan ini menekankan pada pentingnya
belajar aktif agar apa yang dipelajari di bangku sekolah tidak menjadi suatu
hal yang sia-sia. Ungkapan di atas sekaligus menjawab permasalahan yang sering
dihadapi dalam proses pembelajaran, yaitu tidak tuntasnya penguasaan anak didik
terhadap materi pembelajaran.Mel Silberman (2001) memodifikasi dan memperluas
pernyataan Confucius di atas menjadi apa yang disebutnya dengan belajar aktif
(active learning), yaitu :
Apa
yang saya dengar, saya lupa
Apa
yang saya dengar dan lihat, saya ingat sedikit
Apa
yang saya dengar, lihat dan tanyakan atau diskusikan dengan beberapa teman
lain, saya mulai paham
Apa
yang saya dengar, lihat, diskusikan dan lakukan, saya memperoleh pengetahuan
dan
keterampilan
Apa yang saya ajarkan pada orang lain, saya kuasai
Apa yang saya ajarkan pada orang lain, saya kuasai
Ada beberapa alasan yang dikemukakan mengenai
penyebab mengapa kebanyakan orang cenderung melupakan apa yang mereka dengar.
Salah satu jawaban yang menarik adalah karena adanya perbedaan antara kecepatan
bicara guru dengan tingkat kemampuan siswa mendengarkan apa yang disampaikan
guru. Kebanyakan guru berbicara sekitar 100-200 kata per menit, sementara anak
didik hanya mampu mendengarkan 50-100 kata per menitnya (setengah dari apa yang
dikemukakan guru), karena siswa mendengarkan pembicaraan guru sambil berpikir.
Kerja otak manusia tidak sama dengan tape recorder yang mampu merekam suara
sebanyak apa yang diucapkan dengan waktu yang sama dengan waktu pengucapan.
Otak manusia selalu mempertanyakan setiap informasi yang masuk ke dalamnya, dan
otak juga memproses setiap informasi yang ia terima, sehingga perhatian tidak
dapat tertuju pada stimulus secara menyeluruh. Hal ini menyebabkan tidak semua
yang dipelajari dapat diingat dengan baik.
Penambahan visual pada proses pembelajaran dapat
menaikkan ingatan sampai 171% dari ingatan semula. Dengan penambahan visual di
samping auditori dalam pembelajaran kesan yang masuk dalam diri anak didik
semakin kuat sehingga dapat bertahan lebih lama dibandingkan dengan hanya
menggunakan audio (pendengaran) saja. Hal ini disebabkan karena fungsi sensasi
perhatian yang dimiliki siswa saling menguatkan, apa yang didengar dikuatkan
oleh penglihatan (visual), dan apa yang dilihat dikuatkan oleh audio
(pendengaran). Dalam arti kata pada pembelajaran seperti ini sudah diikuti oleh
reinforcement yang sangat membantu bagi pemahaman anak didik terhadap materi
pembelajaran.
Penelitian mutakhir tentang otak menyebutkan bahwa
belahan kanan korteks otak manusia bekerja 10.000 kali lebih cepat dari belahan
kiri otak sadar. Pemakaian bahasa membuat orang berpikir dengan kecepatan kata.
Otak limbik (bagian otak yang lebih dalam) bekerja 10.000 kali lebih cepat dari
korteks otak kanan, serta mengatur dan mengarahkan seluruh proses otak kanan.
Oleh karena itu sebagian proses mental jauh lebih cepat dibanding pengalaman
atau pemikiran sadar seseorang (Win Wenger, 2003:12-13). Strategi pembelajaran
konvensional pada umumnya lebih banyak menggunakan belahan otak kiri (otak
sadar) saja, sementara belahan otak kanan kurang diperhatikan. Pada
pembelajaran dengan Active learning (belajar aktif) pemberdayaan otak kiri dan
kanan sangat dipentingkan.
Thorndike
(Bimo Wagito, 1997) mengemukakan 3 hukum belajar, yaitu :
1.
law of readiness,
yaitu kesiapan seseorang untuk berbuat dapat memperlancar hubungan antara
stimulus dan respons.
2.
law of exercise,
yaitu dengan adanya ulangan-ulangan yang selalu dikerjakan maka hubungan antara
stimulus dan respons akan menjadi lancar
3.
law of effect,
yaitu hubungan antara stimulus dan respons akan menjadi lebih baik jika dapat
menimbulkan hal-hal yang menyenangkan, dan hal ini cenderung akan selalu
diulang.
Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan
pemberian stimulus-stimulus kepada anak didik, agar terjadinya respons yang
positif pada diri anak didik. Kesediaan dan kesiapan mereka dalam mengikuti
proses demi proses dalam pembelajaran akan mampu menimbulkan respons yang baik
terhadap stimulus yang mereka terima dalam proses pembelajaran. Respons akan
menjadi kuat jika stimulusnya juga kuat. Ulangan-ulangan terhadap stimulus
dapat memperlancar hubungan antara stimulus dan respons, sehingga respons yang
ditimbulkan akan menjadi kuat. Hal ini akan memberi kesan yang kuat pula pada
diri anak didik, sehingga mereka akan mampu mempertahankan respons tersebut
dalam memory (ingatan) nya. Hubungan antara stimulus dan respons akan menjadi
lebih baik kalau dapat menghasilkan hal-hal yang menyenangkan. Efek
menyenangkan yang ditimbulkan stimulus akan mampu memberi kesan yang mendalam
pada diri anak didik, sehingga mereka cenderung akan mengulang aktivitas
tersebut. Akibat dari hal ini adalah anak didik mampu mempertahan stimulus
dalam memory mereka dalam waktu yang lama (longterm memory), sehingga mereka
mampu merecall apa yang mereka peroleh dalam pembelajaran tanpa mengalami
hambatan apapun.
Active
learning (belajar aktif) pada dasarnya berusaha untuk memperkuat dan
memperlancar stimulus dan respons anak didik dalam pembelajaran, sehingga
proses pembelajaran menjadi hal yang menyenangkan, tidak menjadi hal yang
membosankan bagi mereka. Dengan memberikan strategi active learning (belajar
aktif) pada anak didik dapat membantu ingatan (memory) mereka, sehingga mereka
dapat dihantarkan kepada tujuan pembelajaran dengan sukses. Hal ini kurang
diperhatikan pada pembelajaran konvensional.
Dalam
metode active learning (belajar aktif) setiap materi pelajaran yang baru harus
dikaitkan dengan berbagai pengetahuan dan pengalaman yang ada sebelumnya.
Materi pelajaran yang baru disediakan secara aktif dengan pengetahuan yang
sudah ada. Agar murid dapat belajar secara aktif guru perlu menciptakan
strategi yang tepat guna sedemikian rupa, sehingga peserta didik mempunyai
motivasi yang tinggi untuk belajar. (Mulyasa, 2004:241) Dari uraian di atas
dapat ditarik beberapa perbedaan antara pendekatan pembelajaran Active learning
(belajar aktif) dan pendekatan pembelajaran konvensional, yaitu :
Pembelajaran
konvensional
|
Pembelajaran Active
learning
|
Berpusat
pada guru
|
Berpusat
pada anak didik
|
Penekanan
pada menerima pengetahuan
|
Penekanan
pada menemukan
|
Kurang
menyenangkan
|
Sangat
menyenangkan
|
Kurang
memberdayakan semua
|
Membemberdayakan
semua
|
indera
danpotensi anak didik
|
indera
dan potensi anak didik
|
Menggunakan
metode yang monoton
|
Menggunakan
banyak metode
|
Kurang
banyak media yang digunakan
|
Menggunakan
banyak media
|
Tidak
perlu disesuaikan dengan
|
Disesuaikan
dengan
|
Pengetahuan
yang sudah ada
|
pengetahuan
yang sudah ada
|
Perbandingan
di atas dapat dijadikan bahan pertimbangan dan alasan untuk menerapkan strategi
pembelajaran active learning (belajar aktif) dalam pembelajaran di kelas.
Selain itu beberapa hasil penelitian yang ada menganjurkan agar anak didik tidak hanya sekedar mendengarkan saja di dalam kelas. Mereka perlu membaca, menulis, berdiskusi atau bersama-sama dengan anggta kelas yang lain dalam memecahkan masalah. Yang paling penting adalah bagaimana membuat anak didik menjadi aktif, sehingga mampu pula mengerjakan tugas-tugas yang menggunakan kemampuan berpikir yang lebih tinggi, seperti menganalisis, membuat sintesis dan mengevaluasi. Dalam konteks ini, maka ditawarkanlah strategi-strategi yang berhubungan dengan belajar aktif. Dalam arti kata menggunakan teknik active learning (belajar aktif) di kelas menjadi sangat penting karena memiliki pengaruh yang besar terhadap belajar siswa.
Selain itu beberapa hasil penelitian yang ada menganjurkan agar anak didik tidak hanya sekedar mendengarkan saja di dalam kelas. Mereka perlu membaca, menulis, berdiskusi atau bersama-sama dengan anggta kelas yang lain dalam memecahkan masalah. Yang paling penting adalah bagaimana membuat anak didik menjadi aktif, sehingga mampu pula mengerjakan tugas-tugas yang menggunakan kemampuan berpikir yang lebih tinggi, seperti menganalisis, membuat sintesis dan mengevaluasi. Dalam konteks ini, maka ditawarkanlah strategi-strategi yang berhubungan dengan belajar aktif. Dalam arti kata menggunakan teknik active learning (belajar aktif) di kelas menjadi sangat penting karena memiliki pengaruh yang besar terhadap belajar siswa.
4. Aplikasi Active learning (belajar aktif)
dalam Pembelajaran
L.
Dee Fink (1999) mengemukakan model active learning (belajar aktif) sebagai
berikut.
Dialog dengan diri sendiri adalah proses di mana anak didik
mulai berpikir secara reflektif mengenai topik yang dipelajari. Mereka
menanyakan pada diri mereka sendiri mengenai apa yang mereka pikir atau yang
harus mereka pikirkan, apa yang mereka rasakan mengenai topik yang dipelajari.
Pada tahap ini guru dapat meminta anak didik untuk membaca sebuah jurnal atau
teks dan meminta mereka menulis apa yang mereka pelajari, bagaimana mereka
belajar, apa pengaruh bacaan tersebut terhadap diri mereka.Dialog dengan orang
lain bukan dimaksudkan sebagai dialog parsial sebagaimana yang terjadi pada
pengajaran tradisional, tetapi dialog yang lebih aktif dan dinamis ketika guru
membuat diskusi kelompok kecil tentang topik yang dipelajari.
Observasi terjadi ketika siswa memperhatikan atau mendengar
seseorang yang sedang melakukan sesuatu hal yang berhubungan dengan apa yang
mereka pelajari, apakah itu guru atau teman mereka sendiri.Doing atau berbuat
merupakan aktivitas belajar di mana siswa berbuat sesuatu, seperti membuat
suatu eksperimen, mengkritik sebuah argumen atau sebuah tulisan dan lain
sebagainya.Ada banyak metode yang dapat digunakan dalam menerapkan active
learning (belajar aktif) dalam pembelajaran di sekolah. Mel Silberman (2001)
mengemukakan 101 bentuk metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran aktif.
Kesemuanya dapat diterapkan dalam pembelajaran di kelas sesuai dengan jenis
materi dan tujuan yang diinginkan dapat dicapai oleh anak. Metode tersebut
antara lain Trading Place (tempat-tempat perdagangan), Who is in the
Class?(siapa di kelas), Group Resume (resume kelompok), prediction (prediksi),
TV Komersial, the company you keep (teman yang anda jaga), Question Student
Have (Pertanyaan Peserta Didik), reconnecting (menghubungkan kembali), dan lain
sebagainya.Dalam kesempatan ini penulis mencoba menyajikan beberapa model
pembelajaran aktif yang disajikan Silberman.
a. Question
Student Have (Pertanyaan Peserta Didik)
Metode Question Student Have ini digunakan untuk mempelajari
tentang keinginan dan harapan anak didik sebagai dasar untuk memaksimalkan
potensi yang mereka miliki. Metode ini menggunakan sebuah teknik untuk
mendapatkan partisipasi siswa melalui tulisan. Hal ini sangat baik digunakan
pada siswa yang kurang berani mengungkapkan pertanyaan, keinginan dan
harapan-harapannya melalui percakapan.
Prosedur
:
1. Bagikan kartu kosong kepada siswa
1. Bagikan kartu kosong kepada siswa
2.
Mintalah setiap siswa menulis beberapa pertanyaan yang mereka miliki tentang
mata pelajaran atau sifat pelajaran yang sedang dipelajari
3.
Putarlah kartu tersebut searah keliling jarum jam. Ketika setiap kartu
diedarkan pada peserta berikutnya, peserta tersebut harus membacanya dan
memberikan tanda cek di sana jika pertanyaan yang sama yang mereka ajukan
4.
Saat kartu kembali pada penulisnya, setiap peserta telah memeriksa semua
pertanyaan yang diajukan oleh kelompok tersebut. Fase ini akan mengidentifikasi
pertanyaan mana yang banyak dipertanyakan. Jawab masing-masing pertanyaan
tersebut dengan :
a.
Jawaban langsung atau berikan jawaban yang berani
b.
Menunda jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut sampai waktu yang tepat
c.
Meluruskan pertanyaan yang tidak menunjukkan suatu pertanyaan
5.
Panggil beberapa peserta berbagi pertanyaan secara sukarela, sekalipun
pertanyaan mereka tidak memperoleh suara terbanyak
6.
Kumpulkan semua kartu. Kartu tersebut mungkin berisi pertanyaan-pertanyaan yang
mungkin dijawab pada pertemuan berikutnya
.Variasi
:
1. Jika kelas terlalu besar dan memakan waktu saat memberikan kartu pada siswa, buatlah kelas menjadi sub- kelompok dan lakukan instruksi yang sama. Atau kumpulkan kartu dengan mudah tanpa menghabiskan waktu dan jawab salah satu pertanyaan
1. Jika kelas terlalu besar dan memakan waktu saat memberikan kartu pada siswa, buatlah kelas menjadi sub- kelompok dan lakukan instruksi yang sama. Atau kumpulkan kartu dengan mudah tanpa menghabiskan waktu dan jawab salah satu pertanyaan
2.
Meskipun meminta pertanyaan dengan kartu indeks, mintalah peserta menulis
harapan mereka dan atau mengenai kelas, topik yang akan anda bahas atau alasan
dasar untuk partisipasi kelas yang akan mereka amati.
3.
Variasi dapat pula dilakukan dengan meminta peserta untuk memeriksa dan
menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh kelompok tersebut, sehingga fase
ini akan dapat mengidentifikasi pertanyaan mana yang mendapat jawaban
terbanyak, sebagai indikasi penguasaan anak terhadap objek yang dipertanyakan.
b. Reconnecting
(menghubungkan kembali)
Metode reconnecting (menghubungkan kembali) ini digunakan
untuk mengembalikan perhatian anak didik pada pelajaran setelah beberapa saat
tidak melakukan aktivitas tersebut.
Prosedur :
Prosedur :
1.
Ajaklah anak didik kembali kepada pelajaran. Jelaskan pada anak didik bahwa
menghabiskan beberapa menit untuk mengaitkan kembali pelajaran dengan
pengetahuan anak akan memberi makna yang berarti.
2.
Tentukan satu atau lebih dari pertanyaan-pertanyaan berikut ini kepada para
peserta didik:
•
Apa saja yang masih anda ingat tentang pelajaran terakhir kita ? apa saja yang
masih bertahan dalam diri anda ?
•
Sudahkah anda membaca / berpikir /melakukan sesuatu yang dirangsang oleh
pelajaran terakhi kita ?
•
Pengalaman menarik apa yang telah anda miliki di antara pelajaran-pelajaran?
•
Apa saja yang ada dalam pikiran anda sekarang (misal nya sebuah kekhawatiran)
yang mungkin mengganggu kemampuan anda untuk memberi perhatian pebuh terhadap
pelajaran hari ini?
•
Bagaimana perasaan anda hari ini? (Dapat dilakukan dengan memberikan metafor,
seperti “Saya merasa bagaikan pisang busuk
3.
Dapatkan respons dengan menggunakan salah satu format, seperti sub-kelompok
atau pembicara dengan urutan panggilan berikutnya
4.
Hubungkan dengan topik sekarang
Variasi
:
1.
Lakukan sebuah ulasan tentang pelajaran yang telah lalu
2.
Sampaikan dua pertanyaan, konsep atau sejumlah informasi yang tercakup dalam
pelajaran yang lalu. Mintalah peserta didik untuk memberikan suara terhadap
sesuatu yang paling mereka sukai agar anda mengulas pelajaran tersebut. Ulaslah
pertanyaan, konsep, atau informasi yang menang.
c. Pengajaran
Sinergetik (Synergetic Teaching)
Metode ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada siswa
membandingkan pengalaman-pengalaman (yang telah mereka peroleh dengan teknik
berbeda) yang mereka miliki.
Prosedur :
Prosedur :
a.
Bagi kelas menjadi dua kelompok
b.
Salah satu kelompok dipisahkan ke ruang lain untuk membaca topik pelajaran
c.
Kelompok yang lain diberikan materi pelajaran yang sama dengan metode yang
diinginkan oleh guru.
d.
Pasangkan masing-masing anggota kelompok pembaca dan kelompok penerima materi
pelajaran dari guru dengan tugas menyimpulkan/meringkas materi pelajaran.
d. Kartu
Sortir (Card Sort)
Metode ini merupakan kegiatan kolaboratif yang bisa digunakan
untuk mengajarkan konsep, penggolongan sifat, fakta tentang suatu objek, atau
mengulangi informasi.
Prosedur
:
a.
Masing-masing siswa diberikan kartu indek yang berisi materi pelajaran. Kartu
indek dibuat berpasangan berdasarkan definisi, kategori/kelompok, misalnya
kartu yang berisi aliran empiris dengan kartu pendidikan ditentukan oleh
lingkungan dll. Makin banyak siswa makin banyak pula pasangan kartunya.
b.
Guru menunjuk salah satu siswa yang memegang kartu, siswa yang lain diminta
berpasangan dengan siswa tersebut bila merasa kartu yang dipegangnya memiliki
kesamaan definisi atau kategori.
c.
Agar situasinya agak seru dapat diberikan hukuman bagi siswa yang melakuan
kesalahan. Jenis hukuman dibuat atas kesepakatan bersama.
d.
Guru dapat membuat catatan penting di papan tulis pada saat prosesi terjadi.
e. TRADING
PLACE
Metode ini memungkinkan
peserta didik lebih mengenal, tukar menukar pendapat dan mempertimbangkan
gagasan, nilai atau pemecahan baru terhadap berbagai masalah.
Prosedur
:
1.
beri peserta didik satu atau lebih catatan-catatan Post-it (tentukan apakah
kegiatan tersebut akan berjalan lebih baik dengan membatasi para peserta didik
terhadap sebuah atau beberapa kontribusi)
2. mintalah mereka untuk menulis dalam catatan merea salah satu dari hal berikut :
2. mintalah mereka untuk menulis dalam catatan merea salah satu dari hal berikut :
a.
sebuah nilai yang mereka pegang
b.
sebuah pengalaman yang telah mereka miliki saat ini
c.
sebuah ide atau solusi kreatif terhadap sebuah problema yang telah anda
tentukan
d.
sebuah pertanyaan yang mereka miliki mengenai persoalan dari mata pelajaran
e.
sebuah opini yang mereka pegang tentang sebuah topik pilihan anda
f.
sebuah fakta tentang mereka sendiri atau persoalan pelajaran
3.
mintalah peseta didik menaruh (menempelkan) catatan tersebut pada pakaian
mereka dan mengelilingi ruangan dengan atau sambil membaca tiap catatan milik
peserta yang lain
4.
kemudian, suruhlah para peserta didik berkumpul sekali lagi dan mengasosiasikan
sebuah pertukaran catatan-catatan yang telah diletakkan pada tempatnya (trade
of Post-it notes) satu sama lain. Pertukaran itu hendaknya didasarkan pada
sebuah keinginan untuk memiliki sebuah nilai, pengalaman, ide, pertanyaan,
opini atau fakta tertentu dalam waktu yang singkat. Buatlah aturan bahwa semua
pertukaran harus menjadi dua jalan. Doronglah peserta didik untuk membuat
sebanyak mungkin pertukaran yang mereka sukai.
5.
kumpulkan kembali kelas tersebut dan mintalah para peserta didik berbagi
pertukaran apa yang mereka buat dan mengapa demikian. (misalnya : Mita : “Saya
menukar catatan dengan Sonya karena dia telah membuat catatan tentang
perjalanan ke Eropa Timur. Saya menyukai perjalanan ke sana karena saya
mempunyai nenek moyang yang berasal dari Hongaria dan Ukraina
f. WHO
IN THE CLASS?
Metode ini digunakan untuk memecahkan kebekuan suasana dalam
kelas. Teknik ini lebih mirip dengan perburuan terhadap teman-teman di kelas
daripada terhadap benda. Strategi ini membantu perkembangan pembangunan team
(team building) dan membuat gereakan fisik berjalan tepat pada permulaan
gerakan fisik berjalan tepat pada permulaan sebuah perjalanan.
Prosedur:
1. Buatlah 6 sampau 10 pertanyaan deskriptif untuk melengkapi frase : Carilah seseorang yang…………Suka/senang menggambar
1. Buatlah 6 sampau 10 pertanyaan deskriptif untuk melengkapi frase : Carilah seseorang yang…………Suka/senang menggambar
Mengetahui
apa yang dimaksud rebonding
Mengira
bahwa hari ini akan hujan
Berperilaku
baik
Telah
mengerjakan PR
Punya
semangat kuat dalam belajar
dll
2. Bagikan pernyataan-pernyataan itu kepada peserta didik dan berikah beberapa perintah berikut : Kegiatan ini seperti sebuah perburuan binatang, kecuali bahwa anda mencari orang sebagai pengganti benda. Ketika saya berkata “mulai” kelilingilah ruangan dengan mencari orang-orang yang cocok dengan pernyataan ini. Anda bisa menggunakan masing-masing orang hanya untuk sebuah pernyataan, meskipun dia memiliki kecocokan lebih dari satu. Tulislah nama orang tersebut ketika kebanyakan peserta didik telah selesai, beri tanda stop berburu dan kumpulkan kembali ke kelas.
2. Bagikan pernyataan-pernyataan itu kepada peserta didik dan berikah beberapa perintah berikut : Kegiatan ini seperti sebuah perburuan binatang, kecuali bahwa anda mencari orang sebagai pengganti benda. Ketika saya berkata “mulai” kelilingilah ruangan dengan mencari orang-orang yang cocok dengan pernyataan ini. Anda bisa menggunakan masing-masing orang hanya untuk sebuah pernyataan, meskipun dia memiliki kecocokan lebih dari satu. Tulislah nama orang tersebut ketika kebanyakan peserta didik telah selesai, beri tanda stop berburu dan kumpulkan kembali ke kelas.
4.
guru dapat menawarkan sebuah hadiah penghargaan teradap orang yang selesai
pertama kali. Yang lebih penting surveilah kelas tersebut. Kembangkan diskusi
singkat tentang beberapa bagian yang mungkin merangsang perhatian dalam topik
pelajaran.
g. Resume
kelompok
Teknik resume secara khusus menggambarkan sebuah prestasi ,
kecakapan dan pencapaian individual, sedangkan resume kelompok merupakan cara
yang menyenangkan untuk membantu para peserta didi lebih mengenal atau
melakukan kegiatan membangun tem dari sebuah kelompok yang para anggotanya
telah mengenal satu sama lain.
Prosedur
:
1.
Bagilah peserta didik ke dalam kelompok sekitar 3 sampai 6 anggota
2.
beritahukan kelas itu bahwa kelas berisi sebuah kesatuan bakat dan pengalaman
yang sangat hebat
3.
sarankan bahwa salah satu cara untuk mengenal dan menyampaikan sumber mata
pelajaran adalah dengan membuat resume kelompok.
4.
berikan kelompok cetakan berita dan penilai untuk menunjukkan resume mereka.
Resume tersebut seharusnya memasukkan beberapa informasi yang bisa menjual
kelompok tersebut secara keseluruhan. Data yang disertakan bisa berupa :latar
belakang pendidikan; sekolah-sekolah yang dimasuki,pengetahuan tentang isi
pelajaranpengalaman kerja posisi yang pernah dipegang\keterampilan-keterampilan
hobby, bakat, perjalanan, keluarga prestasi-prestasi
5.
ajaklah masing-masing kelompok untuk menyampaikan resumenya
h. PREDICTION
(PREDIKSI)
Metode
ini dapat membantu para siswa menjadi kenal satu sama lain
Prosedur
:
1.
bentuklah sub-sub kelompok dari 3 sampai 4 orang siswa (yang relatif masih
asing satu sama lain)
2.
beritahukan pada peserta didik bahwa pekerjaan mereka adalah meramalkan
bagaimana masing-masing orang dalam kelompoknya akan menjawab pertanyaan
tertentu yang telah dipersiapkan untuk mereka, seperti :
a.
kamu menyukai musik apa?
b.
Apa di antara kegiatan waktu luang favorit anda?
c.
Berapa jam kamu bisa tidur malam?
d.
Berapa saudara kandung yang kamu miliki dan kamu berada pada urutan berapa?
e.
Di mana kamu dibesarkan?
f.
Seperti apa kamu ketika masih kecil?
g.
Apakah orang tua kamu bersikap toleran atau ketat?
h.
Pekerjaan apa yang telah kamu miliki?
3.
mintalah sub-sub kelompok mulai dengan memilih satu orang sebagaoi subyek
pertamanya. Dorong anggota kelompok se spesifik mungkin dalam prediksi mereka
mengenai orang itu. Beritahukan mereka agar tidak takut tentang tebakan-tebakan
yang berani.
4.
mintalah masing-masing anggota kelompok bergiliran sebagai orang fokus/utama.
i.
Tv Komersial
Metode
ini dapat menghasilkan pembangunan team (team building) yang cepat
Prosedur
:
1. bagilah
peserta didik ke dalam team yang tidak lebih dari 6 anggota
2. mintalah
team-team membuat iklan TV 30 detik yang meniklankan masalah pelajaran dengan
menekankan nilainya bagi meraka atau bagi dunia
3. iklan
hendaknya berisi sebuah slogan (sebagai contoh “Lebih baik hidup dengan ilmu
Kimia”) dan visual (misalnya, produk-produk kimia terkenal)
4. jelaskan
bahwa konsep umum dan sebuah outline dari iklan tersebut sesuai. Namun jika
team ingin memerankan iklannya, hal tersebut baik juga.
5. sebelum
masing-masing team mulai merencanakan iklannya, maka diskusikan karakteristik
dari beberapa iklan yang saat ini terkenal untuk merangsang kreatifitas
(misalnya penggunaan sebuah kepribadian terkenal, humor, perbandingan terhadap
persaingan, daya tarik sex)
6. mintalah
masing-masing team menyampaikan ide-idenya. Pujilah kreatifitas setiap orang.
j.
The Company You Keep
Metode ini digunakan untuk membantu siswa sejak awal agar
lebih mengenal satu sama lain aktivitas kelas bergerak dengan cepat dan amat
menyenangkan.
Prosedur
:
1. buatlah datar kategori yang anda pikir mungkin tepat dalam
sebuah kegiatan untuk lebih mengenal pelajaran yang anda ajar.
Kategori-kategori tersebut meliputi :
a.
bulan kelahiran
b.
orang yang suka atau tidak suka suatu objek
c.
kesukaan seseorang
d.
tangan yang digunakan untuk menulis
e.
warna sepatu
f.
setuju atau tidak dengan beberapa pernyataan opini tentang sebuah isi hangat
(misalnya “Jaminan pemeliharaan kesehatan hendaknya bersifat universal”)
Catatan:
Kategori dapat pula dikaitkan langsung dengan materi pelajaran yang diajarkan
7. bersihkan
ruang lantaiagar peserta didik dapat berkeliling dengan bebas
8. sebutkan
sebuah kategori. Arahkan para peserta didik untuk menentukan secepat mungkin
semua orang yang akan mereka kaitkan dengan kategori yang ada. Misal para
penulis dengan tangan kanan dan penulis dengan tangan kiri akan terpisah
menjadi dua bagian.
9. ketika
para peserta didik telah membentuk kelompok-kelompok yang tepat, mintalah
mereka berjabatan tangan dengan teman yang mereka jaga. Ajaklah semua untuk
mengamati dengan tepat berapa banyak otang yang ada di dalam kelompok-kelompok
yang berbeda.
10. lanjutkan segera pada kategori berikutnya.
Jagalah peserta didik tetap bergerak dari kelompok ke kelompok ketika anda
mengumumkan kategori-kategori baru.
11. kumpulkan
kembali seluruh kelas. Diskusikan perbedaan peserta didik yang muncul dari
latihan itu. (http://edu-articles.com/)
Comments
Post a Comment