Batu Angus

 

Pertama-tama, happy weekend (^^)/ ~~~
Kembali lagi mengetik sesuatu untuk blog ini selain puisi galau ala curhatan haha, anggap saja sebagai latihan menulis atau.... menguji kemampuan menulis yang enggak pernah bertambah hahaha, tapi seperti itulah kebahagiaan, sesuatu yang sesederhana bercengkrama dengan hal yang kau sukai.

Untuk post kali ini aku menulis tentang perjalananku di Taman wisata Batu Angus Bitung. Yupz Batu Angus yang terletak di kota Bitung tempatku tinggal, walau sejujurnya jaraknya cukup jauh dari rumahku karena terletak di kecamatan Aer Tembaga  jauh diwilayah timur kota Bitung,  hal tersebut sama skali tidak menghambat rasa ingin tahuku mengenai tempat yang banyak di jadikan sebagai lokasi foto prewed itu. Berbekal rasa ingin tahu dari teman-temanku juga yang tidak pernah pergi ke lokasi maka jadilah kami ngebolang kesana. Perjalanan kami yang sungguh tidak tahu apa - apa pun dimulai.  

Makan waktu sekitar 30 menit dari pusat kota untuk sampai di lokasi pantai batu angus, untuk akses  menuju lokasi kami menggunakan layanan Grabcar, sekedar masukan saja jika pergi ke tempat ini setidaknya sediakanlah kendaraan sendiri karena angkutan umum tidak beroperasi sampai di wilayah Cagar Alam Batu Angus, jadi jikapun kita dapat pergi dengan menggunakan jasa Grab akan susah untuk memesan Grab lagi disaat pulang nanti.

Setelah melewati beberapa lokasi wisata, serta membelah hutan dan beberapa desa  akhirnya kami sampai di penghujung jalan, sebuah jalan kecil menuju pos masuk. Di pos masuk kita cukup menulis identitas berupa nama dan alamat serta membayar karcis masuk sebesar 5000 rupiah sebagai wisatawan nusantara, temanku sejenak tertawa, candanya "syukurlah kita bukan wisatawan mancanegara yang karcis masuknya 100.000 rupiah ha ha ha " 
dari pos masuk tersebut kami di informasikan bahwa jarak menuju pantai dengan berjalan kaki sekitar 700 meter, terlihat beberapa kendaraan diparkir diarea pos masuk, sementara beberapa kendaraan yang lain cukup berani untuk masuk.

Di awal perjalanan kami disuguhi dengan pemandangan yang cukup luar biasa unik karna belum pernah aku melihat tumbuhan Pakis Haji sebanyak ini bersinggungan dengan alang ilalang yang membuat merdu suara angin bertiup. sejenak aku merasa masuk ke negeri asing yang belum kutahu karna biasanya ku temukan pemandangan tumbuhan purba seperti paku-pakuan raksasa dan saat ini aku melihat varian yang berbeda. Sempat terpikirkan apakah ada orang yang sengaja menanam semua ini ?? tapi tentu saja tidak mungkin karna ladang batu angus ini begitu luas. Di sebelah kiri jalan kami memandang gunung Batu Angus yang setinggi 450 meter bersebelahan dengan gunung Tangkoko, yang seluruh wilayah ini ( Taman Wisata Batu Putih dan Taman Wisata Batu Angus) adalah bagian dari Cagar alam Gunung Tangkoko. Aku jadi teringat peringatan ayahku yang bilang kalau disini banyak yaki yang suka mengejar orang, Yaki disini yang kumaksud adalah monyet pantat merah sulawesi utara yang sebutan sehari-harinya adalah Yaki. haha entah peringatan ini sungguh sungguh benar atau kesengajaan agar aku tidak jadi pergi.





Jalan melewati ladang ilalang ini punya banyak alternatif tujuan, bagaikan labirin yang entah akan berakhir dimana tapi keseluruhannya kita bisa menemukan keindahan. Untuk orang yang tidak tahu apa-apa seperti kami, kami hanya mengikuti setiap petunjuk dari orang - orang sesama traveler atau penjaga taman itu yang suka wara wiri kesana kemari. Alhasil jarak yang ditempuh cukup jauh sekitar 1 km dari pos awal belum juga dengan keadaan jalan yang belum di tata, masi bertanah pasir yang membuat cukup sulit berjalan di siang hari yang terik. tapi jujur saja untuk penikmat trekking ini bisa menjadi sebuah surga kecil. 




Setelah beradu dengan teriknya sang siang kamipun tiba di sisi yang lebih rendah, sebuah tepi pantai dengan pasir ...ah bukan pasir xD batu - batu kecil yang berwarna hitam serta berbagai pepohonan perdu kurus, tampak beberapa kemah kecil orang - orang yang melakukan camping disana.  Menghilangkan penat dan panas kamipun berteduh dulu dibawah rimbunnya perdu kurus disana sambil makan siang dengan sengaja mengabaikan ombak-ombak kecil dan air yang jernih itu.

Setelah merasa cukup dengan makan siang kamipun mulai membawa kaki kami menelusuri setiap setapak yang ramai dimasuki oleh orang - orang, setapak yang tentu saja keras dan berwarna hitam legam tapi di alasi oleh guguran coklat helaian daun pinus, dan sekali lagi aku bertanya-tanya darimana datangnya pinus ini ?  sungguh epik pinus tumbuh di atas lereng batu hitam legam keras tapi kelihatan mesra haha, yeah ini adalah bagian labirin yang berbeda,

menengok ke arah kiri adalah sebuah tebing pendek terjal, cukup jaga nyawamu jika berjalan di tempat ini, sembarang melangkah kaki kita bisa berdarah dengan mudahnya, hal paling parah adalah bisa kehilangan nyawa tentu saja. dibawah tebing terjal itu pemandangan eksotis padanan hijau biru laut serta sedikit karang bahkan ikan kecil dengan mudah terlihat. banyak orang memanfaatkan laut indah disini untuk menyelam. ada juga yang langsung menikmatinya dengan berenang meski panas begitu terik, yeah airnya tenang dan dingin memang hahaha.







Disebelah barat, melewati vegetasi pandan pantai kami bertemu dengan tebing terjal kembali, bebatuan curam dan tajam serta pinus, disini terlihat begitu jelas bukti dari nama yang di gandengkan dengan pantai ini  "Batu Angus"  Batu hitam legam yang jujur saja bagiku adalah cetakan langsung peristiwa lelehan lahar entah berapa ratus, ribuan atau jutaan tahun yang lalu. kembali aku bertanya-tanya kapan ledakan lahar itu terjadi ? gunung apakah yang berkontribusi langsung untuk itu?
menyebalkan sekali karna keingin tahuanku malah bertambah bukannya berkurang haha.







Comments

Popular posts from this blog

hanya Dia

Evolusi ( Pro dan Kontra ?)

jika kita lemah